Monday, October 18, 2004

Benda Langit Menabrak Jerman tahun 200 SM

Batu angkasa dengan diameter 1,1 kilometer itu menghantam Bavaria tenggara, dan meninggalkan sebuah ladang meteorit dan kawah tumbukan yang membentang dari kota Altoetting hingga wilayah di sekitar Danau Chiemsee.

Menurut tulisan dalam majalah Astronomy, akibat bergesekan dengan atmosfer Bumi dalam kecepatan 43.000 km/jam, batu angkasa tersebut mungkin pecah pada ketinggian sekitar 70 kilometer.

Pecahan terbesarnya menabrak Bumi dengan tenaga sekitar 106 juta ton ledakan TNT atau 8.500 kali bom Hiroshima. "Hutan tempat jatuhnya batu dengan segera lenyap terbakar, dan debu beterbangan hingga ke stratosfer. Wilayah itu pasti porak poranda selama beberapa dekade."

Kawah hasil tumbukan di atas kini menjadi Danau Tuettensee yang diameternya sekitar 370 meter. Di sekitarnya kita masih bisa melihat beberapa kawah lebih kecil yang tersebar di area berbentuk ellips, yang terbentuk karena pecahan-pecahan batu lainnya.

Adapun temuan dan penelitian mengenai kawah purba ini dilakukan oleh Chiemgau Impact Research Team yang anggota-angotanya terdiri dari ahli mineral, geologis, dan astronom. Mereka mengadakan penelitian setelah pada tahun 2000 para arkeolog yang menggali di sekitar Danau Chiemsee menemukan pecahan-pecahan logam yang mengandung mineral yang sebelumnya tidak dijumpai di sana.

Foto-foto infra merah dari udara semakin menjelaskan bahwa cekungan-cekungan di wilayah tersebut memiliki karakteristik bulat dan adanya sisi-sisi tanah yang terangkat karena tumbukan.

Sedangkan mineral yang terlempar di sekitar kawah diketahui sebagai gupeiite dan xifengite, campuran besi silikon yang ditemukan juga dalam meteorit di Cina dan Antartika. Bukti lain dijumpai pula dari artefak-artefak Celtic yang seolah gosong di salah satu sisinya. Hal itu membantu memperkirakan bahwa tumbukan terjadi antara tahun 480 dan 30 sebelum Masehi.

Jangka waktu itu masih bisa dipersempit lagi menjadi sekitar tahun 200 sebelum Masehi, berkat bukti cincin tahun dari fosil pohon eik Irlandia yang memperlihatkan kelambatan pertumbuhan sekitar tahun 207 sebelum Masehi. Debu yang beterbangan akibat tumbukan diduga menghalangi sinar matahari dan menghambat pertumbuhan pohon.

Sebagai tambahan, seorang penulis Romawi, pada tahun yang sama menceritakan mengenai peristiwa hujan batu dari langit, yang kemungkinan besar berkaitan dengan taumbukan di Jerman itu.

Objek langit yang jatuh itu sendiri diperkirakan lebih mengarah pada komet dibanding sebuah asteroid, mengingat pecahan-pecahan batunya yang cenderung ellips.

Komet, benda langit yang bergerak dalam orbit panjang di tata surya, diyakini terdiri dari gabungan benda-benda yang terkumpul bersama dama es beku. Kandungan komet kaya akan metana, amonia dan air.

Sementara asteroid adalah batu langit yang padat. Mereka kebanyakan ditemukan antara Mars dan Jupiter, namun bisa pula terlempar dalam jalur sama dengan Bumi. Walau jarang menabrak planet kita ini, namun potensinya untuk menimbulkan bencana cukup besar.

Kita tentu masih ingat bahwa kehidupan dinosaurus musnah akibat perubahan iklim sekitar 65 juta tahun lalu, yang diakibatkan tabrakan benda angkasa di tempat yang kini menjadi Meksiko. Sedangkan di tahun 1908, sebuah komet menghunjam di Tunguska, Siberia, meratakan hutan seluas ratusan kilometer persegi